Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk
mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur
yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari
orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita
tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat
atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan
kita daki.
Selanjutnya
buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara
detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa
lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan,
makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana
mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di
daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin,
mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah
kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu
kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan
sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
• Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
• Masukkan dalam kantong plastik.
• Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
• Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
• Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
• Buat Checklist barang barang tersebut
Pedoman Perjalanan Alam Terbuka
Untuk
merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan
penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W &
1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
•
Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus
mengetahui dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit
Batu-Palangkaraya.
•
Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri
atau dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri
dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta)
• Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.
• When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25 Februari 2005
Dari
pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai berikut:
pada tanggal 23-25 Februari 2007 akan diadakan DIKLAT, yang akan
dilaksanakan oleh 5 panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat
yang digunakan untuk DIKLAT tersebut yaitu di Lompobattang-Bawakaraeng.
Untuk
How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari
jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
• Bagaimana kondisi lokasi
• Bagaimana cuaca disana
• Bagaimana perizinannya
• Bagaimana mendapatkan air
• Bagaimana pengaturan tugas panitia
• Bagaimana acara akan berlangsung
• Bagaimana materi yang disampaikan
• dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)
Dari
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat
menyusun rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian:
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.
Keberhasilan
suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan
perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, dll)
3. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban
5. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu)
Setelah
mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat menyiapkan perlengkapan
dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi beratnya tidak
melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg), walaupun ada yang
mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.
Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
1. Perjalanan pendakian gunung
2. Perjalanan menempuh rimba
3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa
4. Perjalanan penelusuran gua
5. Perjalanan pelayaran
Untuk
perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula dikelompokkan berdasarkan
jenis medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan tersebut, kita dapat
mengelompokkan perlengkapannya sebagai berikut :
1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi
2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan, misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung, dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness, sepatu karet, dll)
3. Perlengkapan tambahan
Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya : semir, kelambu, gaiter, dll).
Mengingat
pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum
memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu.
Perlengkapan dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang
perlu dibawa dan tidak.
Apabila
perjalanan kita lakukan dengan berkelompok, maka check-list nya untuk
perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan memerlukan
waktu yang lama, kita perlu menentukan perlengkapan dan perbekalan mana
saja yang dibawa dari rumah atau titik keberangktan, dan perlengkapan
atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di lokasi terdekat dengan
tujuan perjalanan kita.
Yang
tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi
kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum
melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan
dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya
mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack.
Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan
tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
1.
Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak,
Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan
perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan
bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh
kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi
cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat :
Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan
punggung.
2.
Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak
Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan
memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya
yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang
pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
•
Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung
untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam
satu kantung plastik.
•
Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan
dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier,
isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
•
Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai
pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping
carrier.
•
Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang
diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut
dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam
carrier.
Mengenai
berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu
angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan
anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang
terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat
menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya
membawa barang yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam
memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas
selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi
kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh :
Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa
nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak
memakan tempat di carrier.
Matras
; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi
kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian
baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar,
memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian,
baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke
batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan
matrasnya sudah kotor.
Kantung
Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena
akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda
bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung
plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat
dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini
untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan
dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika
anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu
bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar
pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam
kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada
gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus
dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril,
karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar
isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu
simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat
carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di
pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor
activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko
dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan
mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah
referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu
rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko
kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil
formula-1.
Tentu
saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi
perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan
sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling
aman.
Perjalanan
alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu
yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena
itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah
satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah
perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan
pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk
melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala.
Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang
juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan
terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi
pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada
cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang
baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah
balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer
atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi
sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk
menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai
saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika
dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai
alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer
yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat
menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan
ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa
ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari
bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju
dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju
dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari
bahan katun.
Pilihan
warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah
yang mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat
dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam
beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti,
hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi
yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana
lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan
dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak
direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana
yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil
tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah
pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut
tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah
satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket
digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari
atau hujan.
Jaket
yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke
pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala
[kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan
(double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan
menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar
berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu
memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan
ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat
mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff)
sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu
angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat
adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan
seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping
bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari
dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang
hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat
istirahat.
7. Sepatu
Sepatu
yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit
tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk
melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya
dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi
bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan
pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh
longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang
berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos
kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bila suatu
saat basah.
8. Carrier
Carrier
bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga
tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan dan
peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang
mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini
akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak
tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum
berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada
jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan
sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun
juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan
bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini
nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan
serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok,
piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api
seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan
mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan
berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti
sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang
sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan
pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau
pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping
obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits.
Perencanaan Perbekalan
Dalam
perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal
yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Perjalanan
ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki
tingkat resiko dan bahaya yang bervariasi.bahaya dan resiko tersebut
dapat jauh diminimalisir dengan berbagai persiapan. Persiapan umum yang
harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
1.
Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter
[Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau
kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta
dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam
rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan
mendalam tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
3.
Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau
ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan
baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan
baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4.
Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa
banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta
gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
6.
Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam
yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau
universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
Memang,
mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai
satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai
hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena
suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang
adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa
adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula
tantangan.
Risiko
mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap
melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki
gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi]
tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai
nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau
pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun
kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan
/kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman
ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik
perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang
dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman
keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung.
Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem,
merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.
Fenomena
yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan
sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya,
sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan
dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami
para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.