Selasa, 13 Mei 2014

Resensi Buku Madre

Judul: Madre
Penulis: Dee (Dewi Lestari)
Penerbit: Bentang
Tahun Terbit: 2011
Halaman: 160

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Madre adalah kumpulan cerita yang terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek.
Salah satu cerita yang menjadi judul buku ini adalah ‘madre’

Cerita Madre berkisah tentang seorang laki-laki muda bernama Tansen yang diberi warisan sebuah adonan biang roti bernama Madre. Madre merupakan cikal bakal dari tumbuhnya toko roti Tan De Bakker, yang dimiliki oleh laki-laki bernama Tan.

Berawal dari Tan muda bertemu Laksmi, ketika mereka bersama-sama bekerja di sebuah toko roti. Melihat talenta laksmi, Tan mengajak Laksmi keluar dari toko roti tersebut dan kemudian menjual roti sendiri. Dari jualan kecil-kecilan sampai kemudian Tan  memiliki toko roti sendiri. Kedekatan diantara mereka berubah dari sekedar sahabat menjadi saling jatuh cinta. Akhirnya Tan dan Laksmi menikah. Laksmi yang mewarisi darah India yang  tidak diterima oleh keluarga Tan, begitupun sebaliknya. Akibatnya, mereka berdua diusir dari keluarga masing-masing. Malangnya, nenek Tansen tidak berumur panjang. Tak lama setelah Kartika lahir (Ibu Tansen), Laksmi meninggal. Hidup Tan kocar-kacir dan hampir bangkrut. Namun pertolongan datang dari keluarganya. Setelah Laksmi tiada, hubungan keluarga mereka akur kembali. Dan jadilah toko roti yang sekarang ditempati oleh Pak Hadi dan kondisinya mati suri.

Tanpa pengetahuan mengenai roti, laki-laki yang menikmati hidupnya dalam ruang kecil yang ia beri nama kebebasan, tentu saja Tansen menolak untuk mengurusi toko roti yang telah lama tak beroperasi ini. Pertemuannya dengan Mei, menguatkan niat Tansen untuk menjual Madre kepada perempuan pengusaha roti itu. Namun obrolannya dengan Pak Hadi dan sejarah masa lalu neneknya membuat Tansen berubah pikiran. Madre bukan sekedar biang roti biasa, selain cita rasanya yang memang unik, ia juga menyimpan kenangan. Madre adalah adonan biang roti yang dikulturkan oleh neneknya, umurnya saudah tujuh puluh tahun. Biang roti itu bahkan sanggup bertahan hidup melebihi dari umur penciptanya.

Bersama dengan Pak Hadi dan rekan-rekan sejawatnya serta Mei, Tansen membangun kembali toko roti warisan kakek dan neneknya. Toko roti itu berganti nama menjadi Tansen De Bakker

Bagian yang paling menarik dari cerita ini adalah pada bagian akhir.

Selain madre dalam buku ini ada juga cerita lain yang DEE hadirkan. Semua cerita yang yang dee hadirkan begitu  lugas, dan kata-kata yang dee rangkai selalu terbaik.

Biografi Ebiet G Ade


Nama Lendkap : Ebiet Ghoffard Ade
Nama Asli        : Abid Ghoffar Aboe Djafar

Ebiet G Ade. lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954. adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre balada, pada awal kariernya, ia ‘memotret’ suasana kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta, tetap ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Surat dari Desa yang ditulis oleh Oding Arnaldi dan Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Di jajaran musisi Tanah Air, ia termasuk penyanyi sekaligus pengarang lagu yang dekat dengan suasana alam dan duka nestapa anak manusia. Sebut saja lagu, Aku Ingin Pulang, Berita Kepada Kawan, Kupu-kupu Kertas, Untuk Kita Renungkan, dan beberapa lagu baladanya yang lain selalu menggambarkan keadaan hidup manusia. Luar biasanya, lagu-lagu tersebut masih sangat relevan dengan peristiwa-peristiwa sosial yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia – dan mungkin juga hingga sekarang. Meskipun lagu-lagu tersebut telah dibuat beberapa puluh tahun silam, jiwa lagu tersebut masih menggetarkan sanubari pendengarnya, hingga kita (selaku pendengarnya) masih sadar bahwa kita hanyalah manusia. Bak penggembala yang terus mengingatkan domba-dombanya untuk menuju ke arah padang kesadaran sebagai makhluk-Nya, penyanyi ini menjadi legenda musik tanah air melalui syair-syair sendunya.

Biografi Ebiet G. Ade
Bertepatan dengan hari Kartini tahun 1954, ia lahir dengan nama Abid Ghoffar Aboe Dja’far, di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah. Bontot dari enam bersaudara pasangan Aboe Dja’far—seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Saodah—seorang pedagang kain ini sebenarnya hampir menjadi seorang guru agama. Namun belum sempat lulus dari sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (setingkat SMP), ia hengkang ke SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Dilanjut ke SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta sehabis lulus SMP. Ihwal namanya yang berubah menjadi Ebiet, pria ini mengaku tanpa sebuah kesengajaan. Waktu SMU ia pernah mengikuti kursus bahasa Inggris, gurunya yang asli bule selalu memanggilnya dengan panggilan Ebid. Karena orang bule menyebut huruf A dengan E. Begitulah, kemudian Ebiet pun mengutak-atik sendiri namanya sendiri, akhirnya didapatkan nama yang dirasa pas membawa hoki. Ebiet G. Ade, singkatan dari Ebiet Ghoffar Aboe Dja’far. 

Medio 1971, waktu umurnya sekira-kira 17 tahun, ia seringkali keluyuran tidak jelas di seputaran Malioboro, Yogyakarta. Bertemu dengan para seniman-seniman muda dan bersahabat dengan beberapa orang yang memenuhi hasratnya berkreasi di bidang seni, macam: Emha Ainun Nadjib (Penyair), Eko Tunas (Cerpenis), E.H. Kartanegara (Penulis). Sepertinya Malioboro semacam rumah penggodokan jiwa kreatif Ebiet muda, karena selepas melewati fase kehidupan di sini, ia banyak terpengaruh dengan ide-ide yang diserapnya di sini. Maka, mau tak mau ia pun jadi menyukai puisi dan mencoba mendeklamasikannya di depan orang-orang. Akan tetapi karena tak mampu melakukan hal itu, Ebiet mencari akal supaya bisa tetap tampil membacakan puisi, tanpa perlu mendeklamasikannya. Ia pun menggabungkan musik dengan puisi, kemudian mencari-cari nada dan membentuknya menjadi musik puisi. Bermodalkan ajaran gitar akustik dari kakak ketiganya, Ahmad Mukhodam, sewaktu masih di Banjarnegara dan Kusbini waktu di Yogyakarta, ia pun pede memetik-metik dawai gitar dan melantunkan puisi menjadi musikalisasi puisi. Indah terdengar tuaian dari Ebiet ini saat memusikalisasi puisi orang lain.

Inilah ihwal mulanya Ebiet bisa berkarir di kancah dunia musik Indonesia. Walau hanya beberapa kali manggung—seperti pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan di Jawa Tengah—dan menganggapnya hanya sebatas hobi, namun atas desakan dari kawan-kawannya di PSK (Persada Studi Klub, yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan teman sekosnya, akhirnya ia memutuskan untuk terjun juga di belantika musik tanah air. Sekira 1979 saat umur mencapai angka 25, ia hengkang dari Yogyakarta menuju ibukota Indonesia mengadu peruntungan, dengan menjadi seorang penyanyi. Sekurun itu menjadi penyanyi bukanlah profesi yang bisa dibanggakan seperti sekarang, namun sebuah profesi yang diambil dengan pengorbanan yang luar biasa. Karena penyanyi dipandang sebelah mata! Tidak keren! Dan dianggap profesi kere!

Berkali-kali ditolak perusahaan rekaman tak membuatnya jera, justru sebaliknya Ebiet semakin getol mencipta lagu, hingga akhirnya sebuah perusahaan rekaman bernama Jackson Record tertarik untuk membuatkannya sebuah album bertajuk Camellia I. Cengkok Melayu beserta lirik yang tak biasa untuk pasar musik Indonesia, membuatnya disambut hangat banyak kalangan. Media-media pun mulai banyak yang memuat tentang dirinya, sebut saja koran Kompas dalam artikelnya “Ebiet Menyajikan yang Lain” tertanggal 27 Mei 1979 dan majalah Tempo edisi 26 Mei 1979 dengan artikelnya “Penyair yang Bernyanyi”. Tak main-main album Camellia I pun sukses dari sisi penjualan dengan terjual habis lebih dari dua juta kopi. Lagu-lagunya pun banyak diputar-putar di radio-radio RRI seluruh Indonesia. 


Senin, 12 Mei 2014

Resensi Buku “100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia”

100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia
Judul: 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia
Penyusun: Floriberta Aning S
Penerbit: Pnerbit NARASI
Tahun Terbit: Maret 2006
Halaman : xvi + 288 hlm

Bismillaahirrahmaanirrahiim

100 Tokoh yang Mengubah Indonesia adalah sebuah judul buku biografi singkat seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia di abad 20. Dalam pemaparan tokoh-tokoh yang ada dalam buku tersebut memang tidak disajikan dalam biografi yang komplit. Dalam buku ini tokoh-tokoh yang dimuat tidak hanya tokoh yang bergelar pahlawan nasional tetapi juga tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia yang menjadi publik pigur dan membawa pengaruh besar bagi perubahan masyarakat indonesia.
Biografi singkat pemimpin bangsa Indonesia dari presiden, jedral, mentri-mentri, para pelopor pergerakan nasional, dan para pendiri organisasi kemerdekaan dimuat dalm buku ini. Tidak hanya itu tokoh tokoh besar yang sukses dalam bidang usaha, politik, seni, musisi, aktivis, sastra, dan bidang hukum. dihadirkan pula.
Salah satu yang membuat saya senang dalam membaca buku ini adalah dihadirkannya sosok yang menjadi legenda dalam belantara musik di Indonesia. Iwan Fals atau atau yang mempunyai nama Virgiawan Listanto merupakan salah satu tokoh yang dapat mengubah Indonesia dalam buku ini. Lewat aspirasi dari rakyat kecil yang ia tuangkan dalam berbagai lagu, tidak hanya itu kritikan sosial yang dilontarkan kepada pemerintah dan juga orang-orang kaya yang tak peduli dengan rakyat miskin, sindiran kepada penguasa dan segala kebrokbrokannya, dan juga pendidikan politik menjadi senjata yang kuat dalam mempengaruhi masyarakat lewat lagu-lagu yang dinyanyikannya. Dalam buku ini biografi Iwan Fals disajikan secara singkat dan padat mengenai perjalannaya berkaris di dunia musik.
Kesimpulan:

Untuk menambah pengetahuan dan mengenal para tokoh bangsa, buku layak untuk dibaca, karna banyak hal yang bisa kita teladani dari mereka.

Resensi Buku “Selagi Masih Muda”

Selagi Masih Muda
Judul: Selagi Masih Muda
Pengarang: Dr. A’idh Al-Qorni, MA.
Penerjemah: H. Sarwedi, M Amin Hasibuan
Editor: Toni Sarqi
Desain Sampul: Areza
Penerbit: AQWAM
Tahun Terbit: Maret 2010/ Rabiul Awal 1431 H
Juml Halaman: 344 Halaman


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Selagi masih muda adalah buku pengembangan diri yang tulis oleh Dr. A’idh Al-Qorni, MA. yang merupakan penulis best seller La Tahzan.

Pada bagian-bagian awal buku, penulis berusaha menyampaikan tentang kebiasaan generasi-generasi muda pada masa yang suram dengan segala problematika hidup yang dikacaukan dengan hal-hal buruk yang membuat para generasi muda keluar dari jalur kebenaran. Pada bab berikutnya penulis juga berusaha menyampaikan bagaimana seharusnya generasi muda menjalani kehidupan yang benar yang sesuai dengan cara hidup Rasulullah SAW ketika masih muda yang didasarkan dengan hadits-hadits yang sahih.
Pada buku ini proses dakwah secara tidak langsung yang dilakukan penulis lebih ditonjolkan, penulis juga menyampaikan cerita-cerita inspiratif supaya bisa dijadikan contoh sekaligus pengingat bagi para pembaca terutama para generasi muda supaya lebih termotivasi.

Menurut saya, bagian yang paling menarik dari buku ini adalah ketika saya membaca bab yang berjudul ‘Sekapur Sirih Nasihat’. Pada bab ini untaian kalimat-kalimat nasihat yang disampaikan penulis begitu lugas dan sarat akan makna. Selain itu, nasihat-nasihat yang disampaikan juga diperkuat dengan dalil Al-Qur’an.
Pada bab-bab akhir buku ini, penulis menyampaikan kembali bagaimana kehidupan generasi muda yang seharusnya, namun dalam tema yang berbeda. Penyampaian isi yang diulang kembali  oleh penulis dalam tema yang berbea memang dilakukan sengaja, penulis berusaha mengingatkan kembali kepada para pembaca apa yang telah dibaca sebelumnya.

“Wahai Kekasihku” merupakan judul bab terakhir yang disajikan dalam buku ini sebgai penutup. Pada bab ini penulis mempertegaskan nasihat dan pesan yang disampaikannya kepada para pembaca.

Kelebihan Buku
Buku ini dilengkapi dengan foot note sebagai penjelasan riwayat hadits yang digunakan penulis, harapannya supaya pembaca bisa mengetahui sumber yang dipakai oleh penulis.
Di akhir tulisan penulis tetap mengutamakan rasa rendah hati dengan dengan menuliskan “Wallaahu ‘Alam” sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah SWT yang maha mengetahui.
Buku ini dilengkapi dengan dalil al-Quran dan hadits sebagai bahan rujukan.
Dibagian pertengahan isi subbabnya, penulis menyampaikan kata-kata motivasi yang singkat.

Kesimpulan
Sebagai seorang muslim sekaligus generasi muda, setelah membaca buku ini saya merasa termotivasi kembali. Rasa semangat kembali membara untuk terus MELUKIS HARAPAN menjadi generasi muda dengan penuh cita-cita, ceria dan pantang menyerah. Energi motivasi seolah-olah telah menggerakan hati, memperkuat niat untuk terus mencari ilmu agar bisa menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Quran  dan Assunah dan yang paling penting adalah agar hidup sesuai dengan keinginan Allah.
Karena itu buku ini, ‘Selagi Masih Muda’ sangat layak untuk dibaca.

Alhamdulillaahi robbil’aalamiin

Resensi buku "Surat-Surat Putri"


Judul: Surat – Surat Putri
Pengarang: Ratna Indraswari Ibrahim
Penerbit: Masmedia Buana Pustaka
Tahun Terbit: Oktober 2009
Halaman          : xvi + 160 hlm

Latar Belakang Pengarang
Ratna Indraswari Ibrahim adalah potret pada mayoritas perempuan Indonesia. Kesetiaanya pada dunia sastra menjadikannya sebagai salah satu kampiun dunia sastra Indonesia. Mbak Ratna, begitu panggilan sehari-hari Indraswari Ibrahim. Keterbatasan fisik tidak menyurutkan langkahnya untuk teteap menulis dan berkarya. Selain aktif sebagai penulis Ratna juga aktif dala berbagai LSM yang memperjuangkan kesetaraan jender dan lingkungan hijau maupun yang menaungi para difabel.
Ratna juga mempresentasikan makalah ‘Sastra dan Gerakan Perempuan’ dalam suatu seminar yang diadakan oleh Jawa Pos, 19 April 2003, di Graha Pena Surabaya.

Pendapat mengenai masalah yang dibahas
Ratna terlalu berpusat pada cerita-cerita yang mengarah pada perasaan perempuan dan ketidakadilan jender yang acapkali menindas perempuan terkesan bahwa Ratna tidak punya lagi tema cerita.  Dan terkadang cerita Ranta agak berlebihan dalam penggambaran tokoh perempuan yang terlalu jauh dari kenyataan seorang perempuan.
Perbandingan isi buku dengan buku yang lain.
Dalam buku kumcer ini, ceritanya sangat realistis, memotret realita kehidupan perempuan dalam keseharian mereka, terutama para perempuan yang tinggal di daerah pedesaan ataupun kota kecil, walaupun ada juga yang hidup di kota besar.
Dalam buku kumcer ini ditunjukan ciri khasnya yang berbeda dibanding dengan buku “Morninag Has Broken (2005)” tulisan Rose Linda. Linda menggambarkan  tokoh perempuannya yang  terlalu egoism tidak mencerminkan sosok seorang perempuan yang penuh rasa persaudaraan antar sesamanya, sementara Ratna dalam buku ini menggambarkan tokoh perempuan yang peduli terhadap sesama perempuan lain walaupun karakter tokohnya tidak lembut dan keras tapi mempunyai solidaritas yang kuat diatara mereka. Tokoh tokoh perempuan dalam buku ini adalah perempuan-perempuan yang harus menghadapi dan menegosiasikan posisi mereka dalam dunia patriarki dan didominasi oleh laki-laki, mereka tidak mau tidindas dan di perlakukan semena-mena atas ketidak adilan jender. Seperti dalam cerita “Rum Sudah Mati”.
Dari segi penuturan, ada sedikit perbedaan dari segi alur, Dalam alur cerita Surat-surat putri, Ratna tidak terpaku pada satu alur cerita yang terus maju dan berakhir bahagia, tetapi Ratna juga membuat cerita yang alurnya mundur seperti dalam cerita yang berjudul “Surat-surat putri” dan ada juga yang beralur mundur-maju walaupun ada juga yang beralur mundur. Sehingga alur tidak terkesan monoton. Tapi dalam buku ”Morninag Has Broken” pengarangnya lebih mengarah pada alur maju sehingga alur terkesan monoton.
Secara keseluruhan buku ini lebih menarik dengan buku  kumcer Rose Linda (Morninag Has Broken), Ratna nampaknya memberikan khas yang berbeda dalam pola yang tidak sama dalam setiap ceritanya, beragam kisah yang ditulis dalam masin-masing cerita dikumpulkan menjadi satu buku.

Cuplikan isi buku yang menarik.
Sumi sedang menuju rumah pelukis. Dia akan membunuh pelukis itu lebih dahulu, setelah itu bejo. Kemarin pabrik menciutkan karyawannya. Dia termasuk yang diperhatikan. Bukankah kesedihan ini tidak pernah dipedulikan oleh orang yang telah mengambil seluruh hati dan tubuhnya, tanpa dia pernah menuntut imbalan?
Ketika sedang menuju rumah yang sedang dimaksud, dia dihadang oleh pardi, “ Apa betul kau mau membunuh orang?”.
Sumi tidak menjawab. Dan Pardi berjalan disebelahnya, “Apakah itu cita-citamu? Sebaiknya kau mampir dulu kerumahku untuk omong-omong.”
Sumi merasa malu dan capek. Lantas dia berhenti. Pardi dengan sigap berkata, “Mengapa mesti membunuh orang lain? Mengapa kita tidak kawin saja?”
Sumi dengan heran melihat pardi. Jadi yang ngomong barusan bukan pelukis atau suaminya bejo?
Sumi sudah berada di muka took. Dilihatnya pelukis dan mahasiswi itu sedang ngobrol. Pedangang yang melihat ekspresi Sumi gemetar, “ Sum apa maumu dengan pisau itu. Kalau kamu mau pinjam uang, katakanlah. Kita kan teman dari dulu. Dan saya tidak pernah bersalah kepadamu.”
Sumi melihat pedagang itu dengan oerasaan aneh. Benarjah dia tidak punya alasan untuk membunuh atau dendam pada laki-laki yang memberinya cinta, menariknya kembali kalau dia baru saja mengenal dunia dan merasa jadi perempuan?
“Kalau kamu tidak keluar dari sini saya akan lapor polisi.”
Tiba-tiba Sumi merasa lemas dan keluar dari took ini.
“Bapak seharusnya tidak begitu pada simbal kebahagiaan kita.”
Pedagang itu tidak menjawab. Dan mahasiswa itu sendiri tidak bisa berpikir apa-apa lagi.
Juminten member nasehat, “Kita Cuma orang biasa, tidak perlu berpikir yang aneh-aneh. Lebih baik kau menikah saja dengan Pardi. Siapa tahu pardi aka memberimu anak kembar.”
“Entahlah, Jum, saya merasa tidak semudah itu. Keduan lelaki itu telah mengambil seluruh jiwa dan raga saya.”
Kemudian sumi menangis dan juminten memeluknya sembari turut menangis. (hlm 25).
Masih banyak peristiwa-peristiwa yang menarik dalam buku kumcer ini.
Kedekatan tokoh utama dalam beberapa cerpen, menandai hubungan yang luar biasa antara tokoh-tokoh perempuan yang ada menciptakan persaudaraan perempuan yang kuat dan saling menguatkan.

Ringkasan isi buku
Surat-Surat Putri adalah sebuah buku kumpulan cerita pendek (kumcer). Yang menceritakan tetang pengalaman-pengalaman perempuan dari berbagai sisi kehidupan, keseharian perempuan dan masalah-masalah yang dihadapinya, yang diramu oleh imajinasi kuat yang berbalut dan berbasis realistis dari seorang penulis bernama Ratna Indraswari Ibrahim.
Buku ini terdiri dari 16 cerita pendek yang mempunyai tema, alur, tokoh, dan pola yang berbeda-beda. Diawali dengan cerita yang berjudul “tetangga sebelah rumah” dan diakhiri dengan cerita “rum sudah mati” membuat rentetan cerita yang menjadi loebih menarik dan terarah.

Gaya pengarang
Kekuatan Ratna adalah kekuatan perempuan, yang lewat karya ciptaanya sendiri Ratna berupaya berupaya mengangkat suara-suara perempuan didalam budaya yang didominasi oleh kaum lelaki yang selalu mengacuhkan kaum perempuan.
Ratna adalah penulis perempuan yang menciptakan maknanya sendiri, berperan sebagai produser sendiri, mempunyai pola yang tersendiri dan mempunyai struktur sastra sendiri.
Dari tokoh-tokoh yang di karangnya Ratna membuat karakternya detail sehingga para pembaca akan terbawa cerita dan seolah-olah telah mengenal watak dan perilaku keseharian para tokoh, kehidupan paratokoh, dan keadaan para tokoh dikala sedang sedih dan senang.

Kelebihan dan kekurangan buku
Kumpulan Surat-Surat Putri adalah sebuah buku kumpulan cerpen yang melantunkan kisah kehidupan perempuan. Lebih dari itu, cerita dalam buku ini akan membuat anda terbawa berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran dimana Anda akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib perempuan, tentang kegembiraan yang meluap-luap, tentang amarah, sekaligus kesedihan yang mengharu biru.
Hal yang menarik dalam buku kumpulan cerpen ini adalah alusi yang kuat dalam karakter yang diciptakan Ratna. Tanpa  Anda sadari kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai Anda. Karena potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan Anda pada rasa gembira, amarah, dan perasaan yang halus namun memiliki pengaruh yang kuat.
Dibalik lantunan kisah kehidupan yang begitu menarik dan indah, buku ini tidak terlepas dari kekurangan. Di awal-awal cerita, penggambaran tokoh-tokohnya detail sekali. Tentang masa-masa sulit yang dialami tokoh walaupu ada yang diawali dengan kebahagiaan dan berakhir bahagia kembali, kontradiksinya adalah pada pertengahan cerita sampai akhir alur cerita seakan dibuat begitu cepat. Pengarang terkesan cepet-cepat ingin mengakhiri cerita. Semuanya digambarkan terburu-buru serba cepat, serba indah, dan banyak faktor bermunculan yang semuanya mengarah pada kesatu hal yang sama; happy ending. Rasanya tidak seimbang dengan alur pada awal-awal cerita.

KESIMPULAN
Setelah saya membaca buku ini dengan Terus menerus dan seksama rupannya anda harus menambah lagi koleksi buku anda dengan membeli buku  kumcer “Surat-Surat Putri” ini karena didalamnya banyak terdapat cerita hidup yang mengharukan dan tidak membosankan dan akan membuat anda ingin cepat-cepat menyelesaikan membaca buku ini. Jadi buku kumpulan cerpen ini layak untuk dibaca dan dijadikan koleksi terbaru Anda.

Edelweiss


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Edelweiss (latin. Anaphalis javanica) juga sering disebut bunga abadi. Perlu diketahui bahwa 'abadi' disini bukanlah 'abadi' yang mutlak abadi, di dunia ini mana ada yang abadi, karena setiap mahluk hidup yang telah Allah ciptakan pasti akan mengalami kematian, sesuai dengan garis takdir yang telah Allah tetapkan. abadi disini maksudnya meskipun bunganya telah dipetik dari tangkainya bentuk, warna, dan baunya tidak berubah dan memerlukan waktu yang panjang unutuk bisa menjadi busuk dan hancur.

Tumbuhan ini mampu mempertahankan hidupnya diatas tanah yang tandus karena mampu membentuk Mikoriza – merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur – dengan jamur tanah tertentu.

Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian rata-rata 8m. Tumbuhan ini dapat ditemukan di daerah tinggi atau di pegunungan tinggi di seluruh Nusantara namum sekarang langka. Tumbuha yang dilindungi ini biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus. Tumbuhan ini dapat mengeluarkan bau yang sangat wangi bahkan bias tercium sampai jarak kurang lebih 100m. mungkin oleh karena itu bunga ini sangat digemari oleh lebih dari 200 jenis serangga .

Mari kita jaga baik-baik tumbuhan ini. Biarkan Edelweiss hidup di tempatnya jangan sampai tumbuhan ini punah, karena ini merupakan sebuah kekayaan alam yang harus dijaga bukan untuk di punahkan. Untuk para pendaki gunung yang 'nakal' jangan membawa pulang edelweis dan dijadikan sebagai bukti telah menaklukan gunung tersebut.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan:Plantae
(tidak termasuk)Eudicots
(tidak termasuk)Asterids
Ordo:Asterales
Famili:Asteraceae
Genus:Anaphalis
Spesies:A. javanica
Alhamdulillaahi robbil'aalamiin
Sumber referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Anaphalis_javanica

iwan fals (biografi)




Biografi Iwan Fals

 

Biografi Iwab Fals ini diambil dari
(iwanfals.co.id), Silahkan kunjungi website resminya.
Iwan Fals
Iwan Fals
Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis.
Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.
Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.
Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.
Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. “Kok kayak gini steman-nya?” tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.
Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. “Gengsi dong,” pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.
Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.
Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.
Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.
Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.
Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.
Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.
Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.
Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.
Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.
Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.

IWAN FALS
Nama asli: Virgiawan Listanto
Nama populer: Iwan Fals
Nama panggilan: Tanto
Tempat tgl. lahir: Jakarta, 3 September 1961
Alamat sekarang: Jl. Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis,
Bogor Jawa Barat – Indonesia
Pendidikan:
SMP 5 Bandung,
SMAK BPK Bandung,
STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP),
Institut Kesenian Jakarta (IKJ)

“jika anda penggemar iwan fals, belilah CD dan Kaset album iwan fals yang original. jangan merusak lingkungan, cintailah perdamaian, harus adil, tegas, jujur,  jangan korupsi, sayangilah ibu, sayangilah anak,!!!”

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons