Juli 2009
Cisurupan, Garut
Hari pertama
.....
Satu persatu
barang-barang dan perlengkapan kami untuk mendaki diturunkan dari kendaraan
umum yang membawa kami sampai disini, satu persatu juga para pedagang asongan
datang mendatangai kami menawarkan makanan yang mereka panggul setiap hari,
lalu kemudian para pedagan itu naik kedalam kendaraan umum yang kami tumpangi
tadi dan akhirnya pedagang itu pergi bersama dengan kendaraan umum itu.
"ayo kita
nyebrang, kita harus naik kendaraan bak terbuka untuk naik kesana" kata
temanku, tangannya sambil menunjuk kearah gunung yang samar-samar ditutupi oleh
awan. Kami semua bergegas menyebrangi jalan.
"Kita istirahat
dulu disini, makan, solat, lalu kita berangkat. Saya mau nego dulu ke
sopir" kata kakak senior dengan cekatan mengarahkan kami.
Tanpa basa-basi kami
lalu makan di warung baso di sekitaran tempat itu, tak lama kakak senior kami
datang dan ikut makan bersama. Selepas makan kami lalu menuju mesjid terdekat
dan melaksanakan solat"
"Ayo semuanya,
barang-barangnya dibawa ke mobil, mobil angkutannya sudah siap" perintah
kakak senior pada kami, lalu kami memberesi barang-barang dan perlengkapan kami
ke atas mobil, sambil bercanda tawa kami naik ke mobil bak terbuka itu. Kami
berangkat.
Ketika berangkat
kami bisa melihat kesana-kemari karena mobil yang terbuka, hampir setengah
jalan menuju pos pendaftaran para pendaki, dari mobil terlihat dari sisi sebelah yang lain gunung
yang tinggi dan terlihat indah.
"Gunung
Cikurai, itu adalah gunung Cikurai, tertinggi di Garut" temanku berkata
"Kamu tau
gunung itu??" kata temanku yang lain
"Ya,, tapi aku
belum pernah kesana, katanya dari puncak gunung itu kamu bisa melihat ujung
daratan, pantai. Dari puncak gunung itu kamu bisa melihat pantai" kata
temanku lagi.
Sebagian
teman-temanku ada yang terdidur, angin yang berhembus karena mobil yang terbuka
membuat meraka menjadi ngantuk. Sambil menikmati perjalanan yang berkelok-kelok
dan menanjak aku memandanag kearah gunung Cikurai.
Dari kejauhan gunung
itu memang indah, bentuknya yang mengerucut membentuk seperti segitiga sangat
mudah untuk dilukiskan dalam kertas. Sambil menghela aku menarik nafas yang
dalam.
.....
Pos Pendaftaran
.....
"Yo siap-siap,
sebentar lagi kita akan sampai di pos" kata kakak senior
Aku langsung melihat
kearah depan, terlihat kawah gunung Papandayan dan asap-asap yang keluar dari
kawah tersebut. Perjalanan sudah tidak lagi menanjak, dan tak begitu lama mobil
berhenti. Sambil bercanda seperti biasa aku dan teman-temanku menurunkan barang-barang
dan perlengkapan kami. Mobil yang kami tumpangi balik arah dan lekas kembali ke
tempat kita naik tapi. Kami membawa perlengkapan dan barang-barang kami menuju
pos pendaftaran. Untuk bisa berkemah di gunung ini kami harus mendaftar disini,
kakak senior kami yang mengurus proses pendaftaran, pendaftaran ini berguna
untuk menjaga ketertiban pendakian di gununng papandayan ini.
"Semuanya kita
kumpul dulu," kakak senior memanggil kami yang sedang duduk istirahat di
seberang jalan. Lekas kami semua berkumpul di depan pos pendaftaran.
"Barang-barangnya
di turunkan!! Petugas penjaga akan melakukan sweeping untuk perlengkapan kita,
Silahkan pak!!" kakak senior memberikan arahan pada kita dan
mempersilahkan kepada petugas jaga.
Status gunung ini
adalah kawasan konservasi dan taman nasional maka semua peralatan dan
perlengkapan kami di sweeping kami tidak boleh membawa perlengkapan senjata
tajam dan alat-alat berbahaya seperti golok dan alat-alat yang bisa merusak
tumbuhan disana, kami juga mendapat arahan untuk tidak membawa apapun setelah
pulang dari tempat ini.
Setelah semua
prosedur pendaftaran dan pengecekan peralatan selesai kami semua berkumpul dan
berdoa untuk memulai perjalanan, ini sudah menjadi kebiasaan tertib kami
sebelum melakukan sebuah perjalanan kami selalu mengawali dengan berdoa.
"Nanti kita
akan nge-camp di Pondok Saladah, perjalanannya lumayan, untuk keselamatan dan
kelancaran perjalan ini kita awali dengan berdoa, berdoa dipersilahkan"
kata kaka senior memberi arahan kepada kita. Setelah itu kami team yang terdiri
dari 9 orang (1 kakak senior, 1 perempuan, 7 pemula) ini memulai perjalanan.
.....
Kawah Gunung
Papandayan
.....
Gunung papandayan
adalah gunung berapi yang masik aktif, kami berjalan diantara bebatuan yang
lumayan terjal dan berantakan akibat dari letusan gunung tersebut, perasaanku
begitu senang bagitu juga dengan temanku terlihat bahagia aku bisa merasakannya
dan melihatnya dari raut wajah mereka. Sambil bercanda dan tetap hati-hati kami
berjalan.
Gunung ini memiliki
banyak kawah, terlihat beberapa kumpulan asap yang keluar dari kawah-kawah
tersebut, tidak hanya dari kawah asap-asap kecil juga keluar dari sela-sela
bebatuan yang kami lewati, karena itu dalam perjalanan kami harus menutup
hidung kami dengan syal yang selalu kami pakai karena kadar bau belerang yang
ada cukup tinggi.
Keindahan gunung ini
terkenal sampai keluar negeri, karena kami sering berpapasan dengan turis-turis
asing yang turun bersama guider mereka, untuk sebagian orang gunung ini adalah
tempat wisata alam yang bagus, gunung ini juga cukup dianggap sakral oleh sebagian
orang karena dalam perjalan kami menemui orang yang berpakaian serba hitam
sambil memetakan tangannya menjelaskan kepada para wisatawan bahwa di gunung
ini, di kawah ini, ada suatu kekuatan dan mahluk lain. Aku hanya tersenyum,
seberapa besarpun kekuatan itu tidak akan bisa melebihi kekuatan yang maha
besar yaitu kekuasaan Allah SWT yang menciptakan tempat ini dan menciptakan
mahluk lain.
Setelah lama
berjalan kami akhirnya sampai pada trek yang landai kemudian mendatar, dari
ketinggian ini terlihat bahwa gunung ini mempunyai topografi yang bagus,
kawasan disekitaran kawah Papandayan terdapat tebing curam, kawasan bebatuan
yang terjal, sementara di sisi yang lain terdapat bukit-bukit yang masih
terdapat pohon dan bergunung-gunung. Untuk melewati Kawah papandayan ini kami
menempuh waktu kurang dari satu jam.
"masih jauh
kah??" salah satu teman kami bertanya
"rekan-rekan
nanti kita akan melewati jalur ini, terus dan sapai kearah sana, kemudian kita
akan naik terus masuk ke hutan cantigi setelah itu Pondok Saladah, tempat camp
kita. Ayo semangat" kata kakak senior sambil menunjuk-nunjukan tangannya.
Lepas dari jalur
kawah kami menuju hutan cantigi, untuk bisa sampai disana kami harus melwati
turunan terlebih dahulu, tak lupa kami mengabadikan setiap moment dan
pemandangan yang indah karena untuk kami perjalanan ini adalah yang pertama
kali mendaki gunung yang mempunyai ketinggian lebih dari 2600 mdpl jadi kesan
apapan kami jadikan moment yang baik sebagai kenangan kami. Untuk mendaki di
gunung Papandayan tidak terlalu sulit karena jalur dan trek pendakian sudah
terbuka sehingga kita tidak perlu susah untuk menemukan jalur pendakian.
Turunan telah kami lewati, ada bebarapa jalan yang banyak terdapat kerikil,
batu-batu sebesar kepalan tangan sehingga kami harus hati-hati. Dihadapan kami
sebuah tanjakan sudah siap menunggu untuk kami daki, sebelum pendakian kami
istirahat di aliran sungai yang terdapat di lembah antara turunan yang telah
kami lewati dan tanjakan yang siap kami daki, kami mengisi perbekalan air minum
secukupnya, dan kami saling berbagi sedikit makanan, setelah itu kami
melanjutkan perjalan.
"woi nyanyi
woi" salah satu temanku berteriak
"nyanyi
Mars"
Sambil bercanda dan
bernyanyi kami mendaki tanjakan ini, nyanyian kebanggaan kelompok kami,
nyanyian yang membuat kami semangat, dan memang tidak terlalu lama kami mendaki
tanjakan ini, akhirnya kami sampai di atas jalan bebatuan yang lumayan landai.
"Lihatlah!!,
tadi kita melewati jalur itu, sebentar lagi kita akan sampai di tempat camp,
jalan yang kita tempuh dari tadi adalah modal untuk terus semangat,"
Kami tidak lupa
untuk mengabadikan setiap moment dan pemandangan yang indah yang kami lewati
termasik di jalan bebatuan yang landai ini.
"sebentar lagi
hutan cantigi, yo lanjut ahh,,"
Kami melanjutkan
perjalanan dan akhirnya kami memasuki hutan cantigi, jalan yang kami lalui
jalan setapak yang tidak cukup untuk dua orang berdampingan jadi kami berjalan
membadui. Trek yang kami lalui landai dan bertanah tidak ada batu jadi ketika hujan turun bisa dipastikan jalan ini licin.
Untuk sampai di pondok saladah kami tidak perlu watu lama melewati hutan ini.
.....
Pondok Saladah
.....
Kami sampai di
Pondok Saladah menjelang sore, segera kami mendirikan tenda, sebagian temanku
yang lain mencari ranting-ranting kecil untuk membuat api ungun nati malam,
supaya kami bisa menghangatkan badan. Semua langsung bekerja tidak terkecuali,
tanpa ada pembagian tugas semua langsung tau pekerjaan apa yang perlu
dilakukan, kami sangat kompak dan saling peduli satu sama lain, jadi jika satu
bekerja semua bekerja, inilah yang membuatku betah berada dalam kelompok ini,
sebagian lagi ada yang mencari sumber air terdekat.
Semua telah bekerja
dan waktunya kami istirahat, ada yang bersiap memasak untuk makan malam
sebagian per sebagian melaksanakan solat Asar bergantian, yang telah selesai
solat kami bergantian dengan yang memasak sehingga estapet pekerjaan terus
berlangsung bergantian sehingga tidak ada kegiatan dan waktu yang percuma.
Sambil makan-makan dan mengobrol juga memasak kami mengisi waktu menunggu
magrib dan malam tiba.
Hari sudah semakin
gelap, jam tangan menunjukan lewat pukul 6 lebih, kami melaksanakan solat magrib dan isya kemudian kami makan bersama.
Cara makan kami berbeda dengan seperti biasanya kami menyatukan semua makan menjadi
satu dalam wadah yang sama lalu kami mencampurkannya, dengan cara ini lah rasa
kebersamaan kami.
Adapun kegiatan yang
kami isi pada malam ini adalah kami semua berkumpul di depan tenda kami,
mendekat ke api unugun yang tidak terlalu besar, tenda kami saling berhadapan
satu sama lain dan api ungun berada di tengah-tengahnya, temanku ada yang
memberikan makanan ranting pohon yang dikumpulkan sore tadi kepada api ungun
untuk tetap menyalan, sambil berkumpul kami mendengarkan pengalaman hidup dari
kakak senior tentang pendakiannya dan keorganisasian di kelompok kami yang
katanya berpengaruh kepada kehidupannya, sambil bercanda dan tertawa sampai
kami menrasa ngantuk dan setelah itu api ungun kami matikan dan kami semua
tidur di tenda.
.....
Pondok Saladah
Hari Kedua
.....
Pagi-pagi di pondok
saladah, suasana begitu dingin, padahal aku memakai dua pakaian dan satu jaket
serta double kaos kaki pada kaki juga sarung tangan. Aku keluar dari tenda, aku
hirup udara yang bersih dan segar ini panjang-panjang, aku melihat sekeliling,
begitu sepi, sepi sekali, hanya kami dua tenda yang berhadapan di Pondok
Saladah, keadaan yang begitu tenang dan nyaman, pohon adelweis berunduk-unduk
terlihat rapi dan bagus, masih diselimuti oleh embun pagi, lekas aku membuka
sarung tangan, rasa dingin menembus sampai pada tulang jari, tak lama kemudian
teman-temanku terbangun, satu persatu teman-temanku keluar dari tenda,
"bangun-bangun,!!!!
Sudah pagi." temanku membangunkan teman-teman yang lain.
Kami semua keluar
dari tenda bersiap-siap untuk menjalani petualangan hari ini, aku dan
teman-temanku bersuci untuk melaksanakan solat Subuh. Selepas itu kami
melakukan peregangan, kegiatan olah raga untuk melenturkan sendi-sendi agar
tidak kaku.
"Olah raga dulu
ah,, biar tidak kaku, semuanya ikutin gerakan saya ya!" kata temanku yang
memang dia rajin dalam olahraga diantara kami.
"okeyy,,
bergiliran yang mimpin satu orang satu gerakan berbeda ya"
Pagi-pagi kami isi
dengan olah raga sambil tertawa dan bercanda karena gerakan peregangan yang
dilakukan teman-temanku aneh-aneh.
Puas dengan olah
raga pagi kemudian kami memasak dan kami makan bersama seperti tadi malam
dengan menu yang berbeda,
"Tolong ambil
air buat minum setelah makan persedian sudah habis, bawa ini." kata
temanku kepadaku sambil memberikan aqua kosong kepadaku satu ikat yang terdiri
dari 2 buah botol kosong ukuran 1.5 L dan 4 botol aqua ukuran 600 ml
"ahh sekalian
ini juag" kata teman yang lain sambil melemparkan botol lebih bagus dan
kuat, botol yang biasa di pakai minum oleh para Tentara warnanya hijau tua.
Pulang dari tempat
sumber air saya dan teman-teman langsung mendapat pengarahan dari kakak senior
"setelah makan
nanti kalian main aja ke sana, ke hutan mati." tangannya meunjuk
"kalian
ubek-ubek tuh cari tempat-tempat yang indah, Cuma inget hati-hati" dia
melanjutkan
Sesuai yang
direncanakan, setelah makan kami pergi menuju hutan mati, kami harus melewati
tempat sumber air, melewati beberapa gundukan Adelweis,
Hanya sebentar kami
sudah sampai di hutan mati.
.....
Hutan mati
.....
Masuk ke dalam hutan
mati, aku berhadapan dengan pohon-pohon berwarna hitam dan tidak berdaun.
Pohon-pohon ini merupakan pohon cantigi yang telah mati dan kering akibat
letusan gunung Papandayan, sebentar berada di hutan ini sedikit menyeramkan,
pohon-pohon kering yang menghitam berpadu dengan tanah yang kaya akan belerang.
"keren
euyy" kata temanku
Pohon-pohon ini
membuat keindahan tersendiri, tak lupa kami mengabadikan beberapa keindahan
disana.
Sampai setengah hari
kami berkeliling di hutan mati, semua yang kami lihat hampir sama warna hitam
dan tanah belerang yang keputih-putihan. Kami pun kembali ke camp.
.....
Pondok Saladah
.....
Kami beristirahat
lalu kami siap-siap untuk solat zuhur, setelah itu kami lanjutkan memasak dan
makan siang. Kami lanjutkan kegiatan siang ini dengan jalan-jalan mengeliligi
pondok saladah dan mengelilingi hutan cantigi, sesekali bau dari Adelweis
tercium, bau terbawa oleh angin yang merayap dikulit dan dingin padahal ini
adalah siang hari, perjalanan kami berkeliling dengan bercanda satu sama lain,
saling menjaili dan berhati-hati, sampai waktu terasa sudah sore kami kembali
ke camp untuk beristirahat, kegiatan kami isi dengan kesibukan sepersi sore
kamarin, sebagian dari kami ada yang mencari ranting phon untuk tambahan
makanan api ungun nanti malam, ada menyiapkan makanan dan minuman sebagian yang
lain pergi mengambl air dengan seikat botol aqua yang pernah kubawa juga, kami
menjalankan ibadah seperti biasa.
Udara semakin
dingin, hari semakin gelap, api ungun mulai dinyalakan begitu juga dengan
perlengkapan masak dan sudah dipersiapkan untuk membuat minuman hangat untuk
menemai malam ini. Sampai selepas isya kegiatan kami sperti kemarin, solat dan
makan malam bersama.
"malam ini ada
cerita apa nih??" temanku berkata.
"apa aja lah
bebas,, terserah yang penting rame" kata temanku yang lain
"Ini ceita
tentang kegitan oorganisasi kita beberapa tahun kebelakang, tentang sebuah
acara diaman guru pembimbing kami jaili"
Kakak senior
mengawali ceritanya dan kami pun mendengarkan dengan baik dan tertawa ketika
ada cerita yang lucu.
Sesekali aku
mengambil ranting pohon dan memberi makan api ungun agar tetap hidup dan
menyala setidaknya sampai kami merasa nagntuk. Api ungun ini tidak hanya
sebagai penghangat badan dan hiasan tenda ketika kemping tetapi juga untuk
menjaga kita agar hewan-hewan tidak mendekat ke arah kami.
Api ungun kami
matikan dan kami semua beristirahat.
.....
Hari ketiga
.....
Pagi ini terasa
begitu dingin seperti kemarin, dan seperti kemarin juga temanku berteriak
membangunkan temanku, hari ini kami tidak olahraga selepas solat kami langsung
menyiapkan makanan, kemudian sarapan dan kami memberekan perlengkapan, tenda
dan barang-barang kami, kami semua berkumpul dan bersiap untuk pulang. Dan dari
sinilah perjalan kami diulai kembali, meyusuri jalan dan trek yang kami lewati
kemarin dan tak lupa kami selalu mengabadikan setiap moment dan pemandangan
yang indah karena dari setiap moment itu akan ada cerita untuk adik-adik dan
teman-teman disekolah.